DETIK ISLAMI - NEWS
Dari (voa-islam.com) Perlahan-lahan
bangsa Turki yang berpenduduk 80 juta jiwa, dan 99 persen Muslim itu,
kini mereka ingin kembali ke jati dirinya sebagai entitas Muslim.
Perempuan-perempuan Turki, yang dikenal itu, mereka ingin kembali ke
karakter dasar mereka sebagai Muslim.
Sekulerisme yang menggerus kehidupan mereka selama lebih enam dekade
itu, sekarang sekulerisme mulai ditinggalkan, dan menjadi barang yang
tak berharga lagi. Kemal Atturk yang menjadi pendiri sekulerisme Turki,
sudah mulai dilupakan bangsa yang pernah diwah naungan Khilafah
Islamiyah dari Daulah Otsmani.
Belum
lama ini, sebuah laporan yang dibuat oleh Yayasan Studi Ekonomi dan
Sosial Turki (TESEV) telah mengungkapkan bahwa 76,3 persen Muslim Turki
menginginkan perempuan yang berhijab melakukan aktivitas di sektor
publik.
Sebuah
polling (jajak pendapat) berjudul "Definisi dan Harapan Mengenai
Konstitusi Baru," disiapkan oleh TESEV, berdasarkan partisipasi dari
2.699 orang dari 29 provinsi, dan menunjukkan keinginan masyarakat
Turki, agar para perempuan di negeri itu, dapat menggunakan hijab, dan
diberi kebebasan melakukan aktifitas di sektor publik.
Menurut
hasil survei yang ada, 76,3 persen Mulsim menyatakan bahwa perempuan
yang menggunakan hijab harus memiliki hak, dan diberikan hak mereka
bekerja di sektor publik termasuk menjadi pejabat negara.
Sementara
itu, Partai Rakyat Republik (CHP) yang berhaluan sekuler, memberikan
pandangan dan sikap yang sangat membatasi para perempuan yang
menggunakan hijab dilarang bekerja di sektor publik.
CHP
menginginkan agar perempuan berhijab tidak boleh bekerja di sektor
publik, termasuk dikantor-kantor. Lebih 51,1 persen pendukung CHP
menolak perempuan berhijab melakukan aktifitas di sektor publik.
Sementara
itu, Partai AKP yang berbasis Islam, 95 persen membolehkan para
perempuan yang berhijab bekerja di sektor pulbik, termasuk menjadi
pejabat publik.
Dibagian
lain, Muslim sebagian besar mereka menginginkan prinsip yang menjadi
dasar negara yang paling asas adalah keadilan (65,1 persen), dan
kesataraan (50,4 persen), serta sisanya kebebasan (35,6 persen).
Betapa
rakyat Turki yang berpenduduk 80 juta, dan 99 persen Muslim itu,
menginginkan keadilan (Islam) menjadi prinsip dasar negara di dalam
konstitusi yang baru. Namun, mayoritas Muslim Turki masih tetap
menginginkan agar sekulerisme (50,6 peren) tidak dihapus dalam
konstitusi yang baru. Hanya 8,6 persen, yang benar-benar menginginkan
sekulerisme dihapus dari konstitusi Turki.
Memang,
sekulerisme yang ditanamkan oleh Kemal Attaturk, selama hampir lebih
dari enam dakade, dan menjadikan militer sebagai garda yang menjaga
seulerisme dan konstitusi Turki, tidak mudah menghapuskan dari
konstitusi negeri itu.
Sedangkan
Partai AKP baru berkuasa sejak tahun 2006, dan dihitung belum satu
dekade. Tetapi, AKP dibawah telah berhasil melakukan perubahan yang
sangat luas. Termasuk mengembalikan peran Turki sebagai alat negara, dan
tidak lagi diperkenankan terlibat dalam politik.
Perdana
Menteri Turki, Recep Tayyib Erdogan, yang berasal dari kubu Islamis,
benar-benar berhasil mengantarkan Turki menjadi negara yang makmur
tingkat ekonominya, dan mengalami pertumbuhan yang sangat mengesankan,
serta relatif stabil dan tidak ada gejolak politik. Erdogan memanjarakan
lebih 300 orang jenderal yang berusaha melakukan kudeta.
Partai
AKP dan Erdogan yang baru saja terpilih kembali keempat kalinya sebagai
Ketua AKP telah mengantarkan Turki menjadi pemain utama dalam
percaturan politik di tingkat regional dan global. Posisi Turki sangat
diperhitungkan oleh Amerika dan Uni Eropa. Inilah sejarah penting yang
dicata oleh Turki dibawah AKP.
Arsitek
politik luar negeri Turki yang handal yaitu Prof. Ahmed Dovutoglu, yang
sekarang menjadi arsitek politik luar negeri Turki, seorang profesor
dibidang politik, dan menentukan arah kebijakan luar negeri Turki. Turki
terus mendekatkan dengan negara-negara Islam, dan menjadi negara-negara
Islam sebagai basis hubungan politik dan ekonomi serta keamanan.
Turki
memainkan peranan yang sangat penting dalam konflik di Timur Tengah,
termasu konflik yang terjadi di Suriah. Turki bersama dengan Mesir,
sangat memperhatikan nasib rakyat Palestina, dan terus bersama dengan
negara-negara Islam lainnya, memperjuangkan Palestina menjadi bangsa
yang merdeka tidak lagi dibawah penjajah Zionis-Israel.
Turki
dibawah Erdogan mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap dunia
Islam, seperti ketika terjadi krisis di Somalia, Libya, Myanmar, dan
Suriah. Bahkan, ketika terjadi kelaparan di Somalia, Erdoga bersama
dengan isterinya Emina dan anak perempuannya Sumayyah mengunjungi
Somalia bersama dengan menterinya dan memberikan bantuan $ 500 juta
dollar kepada Somalia. Semoga. Wallahu'alam.
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar