DETIK ISLAMI - KISAH MUALAF
ABIGAEL Mitaart, lahir di Pulau Bacan, Maluku Utara, 30 Maret 1949,
dari pasangan Efraim Mitaart dan Yohana Diadon. Latar belakang agama
keluarganya adalah Kristen Protestan. Ketika beragama Kristen Protestan,
Mitaart sama sekali tidak pernah membayangkan untuk memilih agama Islam
sebagai keyakinannya. Hal ini dapat dilihat dari situasi keluarganya
yang sangat teguh pada keimanan Kristus.
Bagi Mitaart, tidaklah mudah untuk hidup rukun berdampingan bersama
umat Islam. Hal ini terjadi karena sejak masa kanak-kanak ia telah
dididik oleh keluarganya agar menganggap setiap orang Islam sebagai
musuh yang wajib diperangi. Bahkan kalau perlu, seorang bayi Kristen
diberikan pelajaran bagaimana caranya membuang ludah ke wajah seorang
muslim. Semua ini mereka lakukan sebagai perwujudan dari rasa kebencian
kepada umat Islam. Disanalah, Mitaart tumbuh dalam lingkungan keluarga
Kristen yang sangat tidak bersahabat dengan warga muslim.
Mitaart tidak pernah absen pergi ke gereja setiap hari Minggu.
Bahkan, ia berperan dalam setiap Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR).
Misalnya, ia selalu diminta tampil di berbagai kelompok paduan suara
untuk pelayanan lagu-lagu rohani di gereja. Selain itu, ia juga kerap
mengikuti kegiatan ” Aksi Natal” yang diselenggarakan oleh gereja dalam
rangka pelebaran sayap tugas-tugas misionaris (kristenisasi).
Tertarik Pada Islam
Ihwal ketertarikan Mitaart pada agama Islam berawal dari rasa
kekecewaan kepada ajaran-ajaran Kristen dan isi Alkitab yang hanya
berisikan slogan-slogan. Bahkan menurutnya, apabila para pendeta
menyampaikan khotbah diatas mimbar, mereka lebih terkesan seperti
seorang penjual obat murahan. Ibarat kata pepatah, tong kosong nyaring
bunyinya.
Sekalipun Mitaart sudah menekuni pasal demi pasal dan ayat demi ayat
dalam Alkitab, tetapi tetap saja ia sulit memahami maksud yang
terkandung mengenai isi Alkitab.
Misalnya tertulis pada Markus 15:34, “Dan pada jam tiga
berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”,
yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
“Lalu, siapakah Yesus Kristus sesungguhnya? Bukankah ia adalah
paribadi (zat) Allah yang menjelma sebagai manusia? Lalu, mengapa ia
(Yesus) berseru dengan suara nyaring dan mengatakan, Eli, Eli, lama
sabakhtani? (Tuhanku,..Tuhanku,.. mengapa Engkau tinggalkan aku?)” ujar
Mitaart.
Dari sana akhirnya Mitaart yakin bahwa Yesus Kristus bukanlah Tuhan.
Walaupun sebelumnya iman kepada Yesus Kristus sangat berarti dalam
kehidupannya. Apalagi, ketika itu didukung dengan ayat-ayat dalam
Alkitab, seperti tertulis,”Dan keselamatan tidak ada di dalam
siapapun juga selain di dalam Dia (Yesus Kristus). Sebab dibawah kolong
langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang
olehnya kita diselamatkan. Kisah Para Rasul 4:12”
Kemudian dilanjutkan lagi dengan Yohanes 14:6, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapak, kalau tidak melalui Aku (Yesus).”
Setelah membaca ayat ini, Mitaart mencoba membanding-bandingkan dengan satu ayat yang tertulis dalam QS. 3:19, “Sesungguhnya agama (yang diridhai) pada sisi Allah SWT ialah Islam.”
Entah mengapa, Mitaart merasakan pikirannya berubah, ia menganggap
suatu keajaiban yang luar biasa terjadi dalam dirinya. Selesai membaca
ayat Al-Quran tersebut, Mitaart mulai merasa yakin bahwa ayat yang
tertulis dalam QS. 3:19 itu bukanlah ayat rekayasa dari Nabi Muhammad,
tetapi ayat tersebut sesungguhnya adalah firman Allah SWT. dan kehadiran
agama Islam langsung mendapat ridha dari Allah SWT.
Mitaart merasakan sulitnya seorang Kristen sepertinya bisa memeluk
agama Islam, tetapi ia yakin dengan keputusan untuk masuk agama Islam,
karena ia berkesimpulan apabila seorang beragama Kristen kemudian
memilih agama Islam, selain karena mendapat hidayah, ia juga termasuk
umat pilihan Allah SWT.
Alhamdulillah, singkat cerita pada tanggal 22 Desember 1973, disebuah
pulau terpencil bernama Pulau Moti di wilayah Makian, Maluku Utara
dengan disaksikan warga muslim setempat, Mitaart mengucapkan ikrar dua
kalimat syahadat. Tanpa terasa air mata kemenangan berlinang, sehingga
suasana menjadi hening sejenak, keharuan amat terasa saat peristiwa
bersejarah dalam hidupnya itu berlangsung. Usai mengucap dua kalimat
syahadat, namanya segera diganti menjadi Chadidjah Mitaart Zachawerus.
Keputusan Mitaart untuk memilih Islam, harus ia bayar dengan
terusirnya dari lingkungan rumah. Pengusiran ini tidak menggoyahkan iman
dan Islam Mitaart, karena ia yakin akan kasih sayang Allah SWT. yang
senantiasa tetap memelihara hamba-Nya dalam lindungan-Nya.
”Jika Allah SWT menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat
mengalahkan kamu. Jika Allah SWT tidak menolong kamu, maka siapakah
gerangan yang dapat menolong kamu selain dari Allah SWT sesudah itu?
Karena itu hendaklah kepada Allah SWT saja orang-orang mukmin berserah
diri”. QS. 3:160
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
nice blog
BalasHapusokok om
BalasHapus