DETIK ISLAMI - KEBESARAN ALLAH
Dalam artikel kali ini, kita akan membahas tentang kesaksian para Ahli Kitab (Orang-orang Yahudi dan Kristen).
Ketika
Nabi Muhammad pertama kali menerima wahyu yang turun dari Gua Hira, dia
berlari ketakutan menuruni gunung menuju ke istrinya. Kemudian istrinya
(Khadijah) menyarankan untuk
mengunjungi Waraqah.
Ketika Waraqah mendengarkan cerita Nabi S.A.W., dia mengatakan bahwa Nabi Muhammad didatangi Roh Kudus (Malaikat Jibril). Kemudian dia berkata: "Sesungguhnya, demi Dia yang menggenggam jiwa Waraqah, kau adalah seorang Nabi, dan telah datang kepadamu malaikat yang pernah datang kepada Musa. Kemudian orang-orang akan menyebutmu pembohong sehingga mereka akan mengusirmu dan melawanmu. Demi Allah, jika umurku panjang, maka aku pasti akan mengikutimu." Dan Waraqah sendiri meninggal tidak lama setelah kejadian itu.
Ketika Waraqah mendengarkan cerita Nabi S.A.W., dia mengatakan bahwa Nabi Muhammad didatangi Roh Kudus (Malaikat Jibril). Kemudian dia berkata: "Sesungguhnya, demi Dia yang menggenggam jiwa Waraqah, kau adalah seorang Nabi, dan telah datang kepadamu malaikat yang pernah datang kepada Musa. Kemudian orang-orang akan menyebutmu pembohong sehingga mereka akan mengusirmu dan melawanmu. Demi Allah, jika umurku panjang, maka aku pasti akan mengikutimu." Dan Waraqah sendiri meninggal tidak lama setelah kejadian itu.
Juga ada sebuah komunitas Yahudi yang hijrah ke
Arab karena mengharapkan kedatangan Nabi terakhir di Arab. Bahkan
setengah Rabbi Yahudi di Madinah masuk Islam.
Salah satu rabbi Yahudi yang sangat terkenal karena kecerdasannya
adalah Abdullah bin Salam. Dia pernah berkata kepada Nabi Muhammad S.A.W.: “Kami
tahu namamu, kapan, dan dimana kau akan datang.” Abdullah ibn
Salam sendiri masuk Islam. Ketika dia masuk Islam, ia berkata kepada Nabi S.A.W.
"Ya Rasulullah, orang-orang Yahudi sangat
licik, jadi mari kita uji mereka sebelum mengumumkan ke-Islam-anku.”
Jadi Abdullah ibn Salam mengumpulkan semua orang Yahudi. Kemudian Nabi Muhammad bertanya
kepada salah satu Yahudi: "Bagaimana menurutmu jika Abdullah bin Salam
masuk Islam?" Mereka berkata: "Semoga Allah melindungi kami
dari itu, dia tidak akan pernah menjadi Muslim." Kemudian Nabi Muhammad
berkata "Jadi, apa pendapatmu tentangnya?" Dia mengatakan:
"Dialah orang yang terbaik di antara kami, orang yang paling
berpengetahuan di antara kami, dan orang yang paling bijaksana di antara
kami. Tapi dia tidak akan pernah menjadi Muslim." Kemudian Nabi berkata:
"Bagaimana pendapatmu jika dia menjadi Muslim?" Mereka berkata:
"Dia tidak akan pernah menjadi muslim, semoga Allah melindungi kami
dari hal itu."
Dan ketika mereka berkata begitu untuk ketiga kalinya, Abdullah bin
Salam keluar dari tempat persembunyiannya dan mengucapkan dua kalimat syahadat: "Asyhadu Anla
Ilaha Ilallah Wa Ashyadu Anna Muhammadan Abduhu wa Rassulu." Sehabis dia mengucapkan dua kalimat syahadat, orang-orang Yahudi langsung berkata: "Dialah orang yang paling bodoh di antara kami, yang paling buruk di
antara kami, dan yang paling sedikit pengetahuannya di antara kami."
Jadi mereka benar-benar berubah sikap ketika tahu Abdullah bin
Salam menjadi Muslim.
Adalagi
kisah lainnya tentang Negus raja Abyssinia. Pada
masa-masa awal Islam di Mekkah, umat Islam yang miskin sering disiksa
oleh orang-orang kafir Mekkah. Di antara golongan yang miskin itu adalah
para budak. Karena keadaan semakin buruk, maka mereka memutuskan untuk berhijrah.
Nabi Muhammad S.A.W.
menyarankan pengikutnya untuk pergi ke Abyssinia karena disana
ada seorang raja yang selalu berlaku adil. Tetapi kaum Quraisy memiliki
hubungan yang sangat baik dengan raja Abyssinia. Dan mereka mengirimkan
perwakilan untuk menawan kembali orang-orang Mekkah yang
melarikan diri.
Jadi kaum Quraisy mengirimkan perwakilannya menghadap raja Abyssinia
dan berkata “Kami memiliki para buronan, mereka telah melarikan diri dari negara
mereka dan mereka telah menghina agama nenek moyang kami.” dan terus-menerus
mengarang cerita bohong. Jadi Negus memerintahkan para imigran yang datang ke
negaranya untuk datang ke pengadilan, dan dia bertanya kepada mereka tentang
agama dan kebenaran tuduhan ini.
Dan Jafar bin Abu Thalib yang merupakan pemimpin umat Muslim di
Abyssinia berkata kepada raja:
"Wahai Negus Raja Abyssinia, kami merupakan orang-orang bodoh, menyembah
berhala, makan bangkai, dan terlibat dalam pelacuran. Kami mengolok-olok
tetangga kami, kami menindas saudara kami sendiri, dan yang kuat menindas yang
lemah.
Lalu seorang pria muncul di antara kami dan dia
dikenal sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya. Orang ini berseru agar kami
masuk Islam. Dan dia mengajarkan kami untuk tidak menyembah berhala, tidak saling membunuh, tidak menipu anak-anak yatim
serta mengambil harta mereka, dan selalu bicara
jujur. Dia mengajarkan kami untuk berbaik hati
kepada tetangga dan tidak memfitnah wanita. Ia menyerukan kepada kami untuk
sembahyang, berpuasa, dan memberikan sedekah. Kami mengikutinya, menjauhi
penyembahan berhala, serta menahan diri dari segala perbuatan
jahat. Karena kehidupan kami mengikuti seruannya, maka kaum kami memusuhi kami dan memaksa kami
untuk kembali ke kehidupan lama kami yang salah arah."
Ketika raja Abyssinia mendengarnya, dia berkata “Tidak mungkin aku
akan mengembalikan orang-orang ini kepada kalian, mereka tidak melakukan
kesalahan dan mereka bebas untuk tinggal dalam kerajaanku.” Tapi delegasi
Quraisy tidak menyerah begitu saja. Salah satu dari mereka berkata kepada Negus:
"Umat muslim mengatakan bahwa Yesus bukanlah Tuhan atau anak
Tuhan, mereka mengatakan dia hanya Nabi Tuhan. Tanya saja mereka, jadi sebenarnya mereka menghina agamamu."
Jadi Negus memanggil mereka kembali ke pengadilan pada hari berikutnya
dan Jafar bin Abu Thalib sangat khawatir, ia tidak tahu harus berkata apa, tapi
dia bertekad untuk bicara jujur.
Jadi Negus bertanya: "Apa menurutmu tentang
Yesus?" Jafar berkata: "Kami mengatakan apa yang Nabi kami
sabdakan, bahwa ia adalah Rasul Allah, firman-Nya yang diberikan kepada
Maria, dan juga ruh-Nya, dan ia diberi
kitab bernama Injil."
Dan ketika Negus mendengarnya, dia berkata: “Sesungguhnya
Yesus tidak pernah berkata lebih
daripada itu tentang dirinya. Kitab apa ini yang kau baca?" Kemudian
Jafar bin Abu Thalib membaca beberapa ayat awal surat
al-Maryam, yang menceritakan tentang
Yesus (Nabi Isa A.S.) dengan begitu indah. Dan ketika ia membaca
ayat-ayat ini, Negus dan orang-orang yang hadir disana mulai menangis,
bahkan para uskup mulai
menangis karena keindahan ayat-ayat Al’Quran yang menceritakan tentang
Yesus.
Kemudian Negus berkata: "Sesungguhnya apa yang Nabimu sampaikan dan apa
yang Yesus sampaikan adalah dua hal dari sumber yang sama. Kalian bebas untuk
tinggal dan hidup dalam Kerajaan-Ku." Bahkan Negus dari Abyssinia
masuk Islam. Ia mengakui kebenaran bahwa Muhammad S.A.W. adalah seorang rasul Allah.
Sekarang aku akan membacakan sebuah kisah yang terkenal dari Sahih
Imam Bukhari. Kisah ini mengisahkan ketika Nabi
Muhammad sudah berada di Madinah. Pada saat itu, Nabi Muhammad mengirim surat kepada berbagai penguasa
dan pejabat di seluruh dunia, termasuk Kaisar Romawi, Persia, Paus di Roma,
Negus dari Abyssinia, dan Kaukus pemimpin Kots di Mesir.
Salah satu dari surat-surat itu mencapai Heraclius yang merupakan
Kaisar Romawi pada zaman itu. Dan ketika Heraclius menerima surat ini, dia
memanggil penerjemahnya. Disana juga ada beberapa orang Arab, salah satunya
adalah Abu Sufyan. Kebetulan dia sedang
berada di Yerusalem ketika Heraclius menerima surat ini.
Abu
Sufyan adalah sepupu Nabi dan ia adalah pemimpin orang kafir
Mekkah, jadi dia menentang ajaran Islam dan Nabi Muhammad. Jadi aku akan
membacakan kisah itu berdasarkan cerita Abu Sufyan, karena pada akhirnya
Abu Sufyan menjadi Muslim. Jadi dia menceritakan kisahnya kepada
Abdullah Ibnu Abbas (sahabat Nabi Muhammad S.A.W.), dan Ibnu
Abbas mengutipnya.
"Heraclius memanggil penerjemahnya. Penerjemah itu menerjemahkan
kata-kata yang Heraclius ucapkan. Dan Heraclius berkata: "Siapa di
antara kalian yang berhubungan erat dengan pria yang mengaku sebagai nabi?"
Kemudian aku menjawab: “Akulah kerabat yang paling dekat dengannya."
Kemudian Heraclius berkata: “Panggil dia dan para sahabatnya ke
hadapanku!"
"Heraclius kemudian memberitahu
sahabatku bahwa ia ingin bertanya kepadaku tentang orang itu (Muhammad), dan
jika aku berbohong pastilah cerita Nabi Muhammad bertentangan dengan ceritaku. Jadi
kami berada di pengadilan Heraclius. Kemudian Heraclius berkata: "Baiklah,
suruh temanmu berdiri di belakangmu dan jika ia berbohong, maka kau harus
memberitahuku." Demi Allah, seandainya aku tidak takut bahwa temanku
akan menjulukiku seorang pembohong, aku tidak akan berbicara jujur tentang Nabi
Muhammad."
Jadi Heraclius mengajukan pertanyaan pertama kepadaku 'Apa status
keluarganya di antara kaummu?' Jawabku (Abu Sufyan) 'Dia berasal dari keluarga
bangsawan di antara kami.'
Dan Heraclius bertanya: “Apakah di antara kaummu pernah ada
yang mengaku sebagai nabi?” Aku menjawab: “Tidak.”
“Apakah ada di antara nenek moyangnya yang menjadi raja?"
tanya Heraclius. Sekali lagi aku (Abu Sufyan) menjawab "Tidak."
Heraclius bertanya: “Apakah para bangsawan atau orang miskin
mengikutinya?”Aku menjawab: “Hanya orang-orang miskin yang mengikutinya.”
Kemudian Heraclius bertanya lagi “Apakah pengikutnya bertambah atau
berkurang ?” Aku menjawab: "Mereka bertambah.”
Kemudian dia bertanya: 'Apakah ada di antara orang-orang yang memeluk
agamanya merasa tidak senang dan meninggalkan agamanya?' Aku
menjawab: "Tidak."
Heraclius kemudian bertanya:
“Apakah kau pernah menuduhnya berbohong sebelum dia mengaku sebagai
nabi?" Sekali lagi aku menjawab "Tidak."
Heraclius berkata: “Apakah dia melanggar gencatan senjatanya?"
Aku menjawab: "Tidak. Kami sedang dalam gencatan senjata dengannya dan kami tidak tahu apa yang dia akan lakukan.”
aku tidak bisa menemukan kesempatan untuk mengatakan apa-apa melawan
Nabi waktu itu.
Kemudian Heraclius bertanya: “Apakah kau pernah berperang
dengannya?" Dan Aku berkata "Ya.” “Apa hasil dari pertempuran
itu?" "Kadang-kadang kami menang dan kadang-kadang dia yang
menang."
Dan kemudian Heraclius bertanya: 'Apa yang dia perintahkan
kepadamu?" Dan Aku menjawab: "Dia menyuruh kami untuk menyembah Allah
dan tidak menyembah apa-apa selain daripada-Nya dan untuk meninggalkan semua
yang nenek moyang kami katakan. Dia memerintahkan kami untuk berdoa,
untuk bicara jujur, untuk menghindari pelacuran, dan untuk menjaga hubungan
baik dengan kawan-kawan dan kerabat.“
Heraclius meminta penerjemahnya untuk menyampaikan pesan sebagai
berikut. "Aku bertanya tentang keluarganya dan jawabanmu adalah dia
berasal dari keluarga yang sangat mulia. Faktanya, semua nabi berasal dari
keluarga bangsawan di antara bangsa mereka masing-masing.
Aku bertanya apakah ada orang lain di antara kalian yang pernah
mengaku-ngaku sebagai nabi, dan kau menjawab tidak ada. Jika saja jawabanmu
pernah ada, aku menduga orang ini hanya meniru apa yang orang itu
katakan.
Lalu aku bertanya apakah dari nenek moyangnya ada yang seorang raja.
Dan kau berkata "tidak." Andai saja kau mengatakan "Ya", aku
menduga bahwa orang ini mencoba untuk mengambil kembali tahta kerajaannya.
Dengan kata lain, dia menggunakan kedok kenabian untuk mencoba dan mengambil
kembali tahta kerajaannya.
Lalu
aku bertanya apakah dia pernah dituduh berbohong sebelum dia mengaku
sebagai nabi. Dan kau mengatakan "tidak". Maka, bagaimana mungkin orang
yang tidak pernah berbohong kepada orang
lain, berbohong kepada Allah?
Dan kemudian aku bertanya apakah orang kaya atau orang miskin
yang mengikutinya. Kau mengatakan bahwa orang-orang miskin yang
mengikutinya. Dan begitulah para nabi, mereka selalu
diikuti orang-orang
miskin yang lemah dan tertindas.
Kemudian aku bertanya apakah pengikutnya bertambah atau berkurang. Kau
bilang mereka bertambah, dan itulah tanda keimanan yang benar.
Lebih jauh aku bertanya apakah ada orang yang tidak senang setelah memeluk agamanya dan
meninggalkannya. Dan kau berkata "Tidak." Faktanya inilah tanda-tanda
iman yang benar, yaitu kegembiraan memasuki hati dan bersatu dalam diri
seseorang.
Aku bertanya apakah dia pernah berkhianat. Kau mengatakan
"Tidak." Dan sesungguhnya para nabi tidak pernah berkhianat.
Aku
bertanya apa yang ia perintahkan kepadamu. Dan kau mengatakan
bahwa ia memerintahkanmu untuk menyembah Allah dan tidak menyembah
selain daripada-Nya, dan melarangmu menyembah berhala dan menyuruhmu
untuk
berdoa, untuk berbicara kebenaran, dan
tidak melakukan percabulan.
Jika apa yang kau katakan benar, ia akan segera menempati kerajaan ini
di bawah kakiku. Aku tahu ramalan kedatangannya dari kitab suci (Bible) tapi
aku tidak tahu bahwa ia berasal dari kaummu. Jika saja aku bisa menemuinya,
pasti aku akan segera pergi untuk bertemu dengannya. Dan jika aku bersamanya,
aku akan mencuci kakinya.”
Heraclius kemudian meminta surat dari Nabi Muhammad yang dikirim oleh Dihya
kepada Gubernur Busra, dan kemudian surat itu diteruskan kepada Heraclius. Dan inilah isi surat itu:
"Dengan nama
Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad seorang hamba Allah
dan Rasul-Nya kepada Heraclius penguasa Bizantium. Semoga kesejahteraan mengikuti seseorang yang
berada pada jalan kebenaran. Lebih jauh, aku mengundangmu untuk masuk Islam.
Dan jika kau menjadi seorang Muslim, maka kau akan aman, dan Allah akan
melipatgandakan pahalamu. Dan jika kau menolak untuk masuk Islam, maka kau
melakukan dosa karena telah menyesatkan rakyatmu: "Wahai orang-orang Ahli
Kitab! Datanglah kepada persamaan dengan kami, bahwa kami tidak menyembah
sesuatu selain Allah. Kemudian, jika
mereka berpaling, katakanlah: Saksikanlah bahwa kami adalah umat Muslim." (3:64)
"Ketika Heraclius selesai berpidato dan telah membaca surat itu,
ada rasa haru dan tangisan yang terdengar di Pengadilan Agung. Dan kami keluar
dari ruang pengadilan. Aku berbincang-bincang dengan temanku tentang Ibnu Abi
Kabsha. (Ibnu Abi Kasha adalah sebuah julukan untuk Nabi S.A.W.) urusannya telah menjadi begitu
besar sehingga bahkan Raja Bizantium takluk padanya. Dan kemudian aku mulai
menjadi yakin bahwa dia akan menjadi penguasa dalam waktu dekat sampai akhirnya
aku masuk Islam."
Blogger Comment
Facebook Comment