DETIK ISLAMI - NEWS
Source (Islampos.com) - DALAM dua puluh tahun terakhir, Mesir telah menyaksikan munculnya 
fenomena Islam yang universal di mana manifestasinya jelas tampak dalam 
banyak aspek yang dilakukan oleh masyarakat Mesir.
Tren Islam di Mesir, pada kenyataannya, tampaknya lebih luas dan 
kompleks daripada definisi singkat ini. Setidaknya ada empat 
sub-fenomena yang mewakili gerakan ini, dengan segala dampaknya yang 
besar dalam masyarakat.
Pertama, Al-Azhar yang berada di garis terdepan dengan semua fakultas
 dan lembaga-lembaga selain Kementerian Wakaf termasuk pemerintah, 
puluhan ribu masjid di seluruh negeri dan proyek-proyek ekonomi dan 
sosial.
Namun, dapat disebutkan di sini pada fenomena sosiologis kesalehan 
tidak selalu dikaitkan dengan tren ke arah dukungan politik bagi 
gerakan-gerakan politik Islam. Pada kenyataannya, fenomena ini tidak 
selalu mencerminkan kepopulerannya dalam komunitas Muslim.
Kelompok ini perempuannya memakai jilbab, melakukan shalat di 
masjid-masjid dan membeli buku-buku agama, kaset dan CD, namun sama 
sekali tidak tertarik dalam proses politik atau kelompok Islam paling 
terkemua—Ikhwan. Pada umumnya, mereka sama sekali tidak ingin membaurkan
 antara politik dan agama.
Kedua, fenomena tasawuf yang kembali datang. Saat ini di Mesir 
terdapat hampir 10 juta orang sebagai anggota biasa. Kegiatan sufi Mesir
 tunduk pada UU No 118 tahun 1976, dan dikelola oleh Dewan Tertinggi 
Sufi yang terdiri dari sepuluh anggota.
Fenomena tasawuf Mesir terhadap politik dalam beberapa dekade 
terakhir tampaknya sangat kompleks. Di satu sisi, golongan sufi mengaku 
lebih tertarik dengan urusan non-duniawi, namun di sisi lain, golongan 
sufi Mesir cukup banyak terlibat dalam urusan politik, terutama dalam 
periode saat ini, dengan menunjukkan dukungan bagi partai yang berkuasa.
Hal ini memang menjadi tradisi dalam kehidupan politik Mesir sejak 
revolusi tahun 1952 dan 1960-an. Negara ikut campur di dalam struktur 
sufi untuk kepentingan popularitas politik, yang digunakan untuk 
memperkuat legitimasi pemerintahan Mesir dan beberapa kebijakan utama 
mereka.
Salafisme adalah yang fenomena Islam yang ketiga di Mesir. Salafi 
adalah fenomena konservatif-sosial dan keagamaan yang sepenuhnya menolak
 untuk terlibat dalam kegiatan politik. Para individunya terutama 
mencari reformasi keagamaan dan ketaatan terhadap semua yang 
ditinggalkan oleh para pendahulu yang saleh dan memerangi segala yang 
bernama Bid’ah.
Salafisme adalah sebuah fenomena keagamaan lama di Mesir, sejak awal 
abad ke-20. Kaum Salafi, baik di masa lalu atau sekarang, selalu 
menjauhkan diri dari praktik politik. Belum ditetapkan organisasi apapun
 berdasarkan kriteria politik.
Tidak ada keraguan bahwa Salafisme telah merebak luas di Mesir. 
Ditandai dengan banyaknya perempuan yangmemakai gamis jubah terselubung,
 atau meningkatnya jumlah masjid milik anggota Salafi, serta peningkatan
 jumlah dai Salafi, baik di masjid-masjid dan di saluran TV. Salafisme, 
dalam beberapa waktu terakhir, masih mempengaruhi dan menarik segmen 
besar di Mesir.
Akhirnya, fenomena keempat yang merupakan yang paling terkenal dari 
gerakan-gerakan Islam, adalah kelompok sosial-politik yang moderat dan 
menentang kekerasan dalam gerakan sosial dan politik, dan dipimpin oleh 
Ikhwan.
Mesir telah menyaksikan satu dekade yang lalu, sejumlah kekerasan 
kelompok-kelompok militan Islam yang mengandalkan angkatan bersenjata 
sebagai satu-satunya cara untuk menegakkan konsepsi yang berkaitan 
dengan ide-ide politik Islam. Semuanya kemudian dibalikkan oleh Ikhwan, 
namun masih mempunyai banyak benang merah yang menyatukan ketiga 
fenomena sebelumnya di atas.
Langganan:
Posting Komentar
                            (
                            Atom
                            )
                          

situs yang inspiratif mas, salam! ditunggu kunjungan baliknya
BalasHapusiya allhamdulillah masih di kasih umur buat dakwah kecil...
Hapusinsyallah saya akan berkunjung