DETIK ISLAMI - SEPANJANG hidup anak berkembang dan berubah, seiring itu pulalah
sebaiknya sang ibu tetap mengamati dan mencoba mengenal anaknya.
Siapakah anak kita? Bayi mungil yang ditimang ibu dan ayah saat pertama kali?
Sembilan bulan sepuluh hari seorang ibu membawa bayinya dalam kandungan,
secara naluri seorang ibu ia sudah mengenalinya. Betapapun ia belum
pernah melihatnya, namun perasaan saling mengenal sudah tertanam di
antara ibu dan anak.
Sejak dalam kandungan, sang ibu sudah dapat membedakan apakah anak
yang ini terbilang gesit karena banyak geraknya di dalam kandungan, atau
tergolong tenang. Sepanjang kehamilan, sebagian ibu menyempatkan diri
berdialog dengan jabang bayinya lewat usapan lembut di kulit perutnya,
dan kadang ada “jawabannya” dari dalam berupa tendangan halus atau
terasa sang jabang bayi bergerak.
Inilah yang menyebabkan orang tidak boleh meremehkan naluri seorang
ibu terhadap anaknya, sebab hubungan batin sudah terjalin lewat
komunikasi aktif bahkan sejak masih dalam kandungan. Ini juga yang
menyebabkan anak yang tidak dikehendaki (unwanted child) seringkali
berkembang menjadi pribadi bermasalah, karena sejak masih dalam
kandungan iapun sudah merasa tidak diterima, lewat cara bagaimana sang
ibu memperlakukan kandungannya sendiri.
Selanjutnya, perkenalan pertama itupun terjadilah. Pandangan pertama
ini segera menguatkan rasa cinta yang mendalam dan sang ibu mulai
mengamati wajah buah hatinya. Seperti siapakah dia? Demikian pertanyaan
yang paling pertama muncul. Laki-laki atau perempuan? Cantikkah?
Gantengkah?
Seorang sholihah yang pandai bersyukur tak akan berlama-lama
mempersoalkan penampilan fisik, rupa maupun jenis kelamin. Ibu sholihat
segera mengisi hatinya dengan rasa syukur dan segera menerima buah
hatinya dengan hati lapang. Sebaliknya, seorang ibu yang kurang pandai
bersyukur mungkin menyesali bahwa bayinya lahir dengan jenis kelamin
yang tidak diharapkannya. Atau merasa kecewa karena anaknya tidak mirip
dirinya, atau kecewa dengan cacat-cacat fisik lain, dan lain sebagainya.
Ibu sholihat kelak akan lebih mudah melakukan pengamatan dan
pengenalan yang benar terhadap anaknya. Sedang ibu yang kurang bersyukur
justru akan mengalami hambatan dalam mengenali anaknya. Kekecewaan
dirinya akan menjadi sekat pengamatan. Ia memandang anaknya tidak dengan
obyektif karena sudah dilandasi rasa kecewa tadi. Semakin besar
kekecewaannya, semakin sulit ia menemukan kebaikan atau kelebihan
anaknya. Dapat dibayangkan, anak seperti ini sejak lahir sudah mempunyai
beban yang berat dalam perjalanan hidup selanjutnya.
Tahun-tahun pertama bersama, jika si anak beruntung, ia akan
mendapatkan kasih sayang yang cukup. Ini akan membuatnya tumbuh kembang
dengan sehat dan optimal. Semakin pandai sang ibu mengasuhnya, semakin
optimal bakatnya berkembang dan akan semakin cemerlanglah dia. Tidak ada
bakat yang jelek yang akan membawa seseorang kepada takdir keburukan.
Allah Maha Adil.
Sejumlah sifat bawaan hanya membawa kemungkinan yang masih perlu
diformat lagi oleh faktor pengalaman hidup anak tersebut. Jika sang anak
kurang beruntung, ia akan tumbuh kembang dalam lingkungan yang
merugikan dirinya. Semakin buruk perlakuan yang diterimanya, akan
berinteraksi dengan bakat bawaannya menjadi sifat-sifat buruk dan lemah.
Lima tahun pertama hidupnya merupakan masa-masa penting. Umumnya di
usia ini anak masih tergantung pada ibu. Oleh karena itu, ibu-lah yang
paling dominan dalam membentuk karakter dasar seseorang. Tidaklah heran
jika para ibu menjadi target perusakan oleh musuh.
Tragedi Bosnia salah satu contoh ekstrimnya. Pemerkosaan massal atas
kaum wanita suatu bangsa sama juga dengan menghancurkan karakter seluruh
bangsa selama beberapa generasi.
Ibu sholihat akan memanfaatkan golden age ini sebaik-baiknya. Sahabat
Ali Ra menganjurkan agar dalam tujuh tahun pertama anak dibesarkan
dengan penuh permainan, karena selain cara itulah yang paling cocok
dengan perkembangan otaknya, juga agar anak mengawali tahun-tahun
pertamanya dengan kegembiraan, bukan kesedihan atau beban kewajiban.
Pribadi yang gembira lebih berpotensi menjadi pribadi yang kuat.
Coba amati anak kita, apakah ia sudah tampak sebagai anak yang ceria?
Jika tampak belum cukup ceria, atau bahkan tampak agak menarik diri,
segeralah amati dengan teliti. Semoga bukan karena ada kelainan
perkembangan atau cacat fisik yang belum diketahui. Jika penyebabnya
sudah diketahui, maka coba pelajari bagaimana mengatasinya, jika perlu,
carilah bantuan profesional.
Sebagian besar kelainan anak diketahui pertama kali oleh pengamatan
jeli sang ibu. Semakin jeli seorang ibu mengamati anak, semakin cepat
cacat atau kelemahan anak diketahui dan Insya Allah akan semakin mudah
pula ditangani sejak dini.
Tahun-tahun berlalu kemudian buah hati kita mulai mengenal otoritas
lain, yaitu guru. Kini sebagian waktunya ia lewatkan bersama orang lain.
Ibu yang bijaksana akan membangun hubungan baik dengan guru anaknya,
sehingga pendidikan rumah dan sekolah tetap bersambung. Jika tidak, anak
akan mengalami kebingunan karena adanya perbedaan-perbedaan pendapat
antara orangtua dan guru berbeda.
Ibu bijaksana juga akan aktif bertanya dan memberi masukan kepada
guru tetang perkembangan anaknya. Ia tak akan kehilangan kesempatan
mengamati anaknya meskipun ia tidak lagi selalu bersama anaknya.
Tahapan pengamatan dan pengenalan terakhir yang akan dilalui bersama
antara ibu dan anak adalah memasuki usia dewasa. Diawali dengan masa
transisi yang disebut remaja.
Di masa ini, ibu dan anak seringkali kehilangan pola komunikasi yang
selama ini sudah terbentuk dengan baik. Ini karena sifat dari tahapan
itu sendiri. Tahapan remaja adalah tahapan gejolak, di mana banyak
perubahan besar terjadi.
Perubahan terbesar adalah perubahan status antara kanak-kanak menjadi
dewasa. Masa ini diakui sebagai masa sulit bagi ibu dan dan anak yang
bahkan sebelumnya cukup harmonis. Bagi yang sebelumnya sudah tidak
harmonis. Sedangkan bagi hubungan yang sebelumnya sudah terputus, maka
masa ini menjadi masa yang mengokohkan keterpisahan antara orangtua
dengan anaknya.
Jika itu semua sudah dilalui dengan sukses, Insya Allah seorang bunda
akan dengan mudah mengenali siapa anaknya, dan juga berarti akan mampu
mendidik anaknya dengan baik. Wallahu a’lam.
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar